Kenyon Martin
Dikontrak Knicks 10 Hari Massimo Allegri, pelatih AC Milan, meyakini roh gol
Barcelona ada di kaki dan kepala Lionel Messi. Maka ia memanggil penjinak roh
berbaju Merah Hitam bernama Philippe Mexes, Cristian Zapata, dan Ignazio Abate.
Leg pertama babak 16 besar liga Champion pun milik Milan dengan kemenangan 2-0,
Kamis (21/2).
Messi, si penyelamat,
ternyata tak berkutik di San Siro. Nun jauh di seberang lautan, di kota
Rosario, Argentina, tempat dimana ia dibesarkan, pun acuh dengan kegagalan
menang Barca. Bar ‘VIP’, milik keluarga Messi, seperti dituturkan Wright
Thompson, penulis yang sangat penasaran pada popularitas Messi, lebih senang
menayangkan acara memasak “Clasico Shawarma”.
Taktik mematikan
Messi adalah ‘perintah’ presiden klub Silvio Berlusconi. “Kemenangan itu adalah
saran dari mister Presiden. Ia meminta kami mematikan Messi. Silvio juga
meminta kami tak membiarkan pemain Barca yang lain menikmati kebebasan, walau
sesaat,” ungkap Allegri, seperti dikutip New York Post.
Sebagai pesepak bola
terbaik di kolong jagat, Messi tak bisa bersembunyi dari kekurangan. Apalagi
teknologi video yang kian canggih, sanggup mengenkripsi bakat alam yang
dimiliki Messi. Messi yang alamiah, namun ternyata seorang pendiam, yang
dulunya rendah diri. Menjaga tanpa kompromi dan oportunis, terbukti manjur.
Sebuah riset kualitatif dari seorang penulis yang juga peneliti ESPN, tampaknya
dibaca oleh para staf Milan Lab, yang laporannya ada di tangan Berlusconi.
Meskipun Messi adalah
ikon global, namun menurut Thompson seperti ditulis ESPN, ia tak dikenal di
Rosario. Lebih mudah ditemukan foto besar Muhammad Ali, Maria Sharapova, dan
Rafael Nadal, di kota itu. Pelatih nasional Argentina yang melihat penampilan
Messi lewat video mengirimkan surat pemanggilan kepada "Leonel Mecci"
untuk bergabung dengan skuad tim nasional Argentina! Messi yang terkenal ternyata
tak dikenal di Argentina.
Tak banyak yang
mengenal Messi semasa kecil di Rosario. Dibesarkan di keluarga yang harus
bekerja keras, Jorge Horacio Messi (pekerja pabrik baja) dan Maria Cuccittini
(part timer tenaga kebersihan), membuat sepak bola menjadi kegiatan pengusir
bayang-bayang kemiskinan. Leluhur Messi, Angelo Messi, adalah imigran asli
Italiano dari Ancona pada 1883. Darah sepak bola menurun pada diri Leo
diidentifikasi Jorge, sehingga memasukkan dalam tim Grandoli yang ia latih
sendiri.
Kisah kesetiaan Messi
pada Barca diawali saat ia didiagnosis menderita penurunan hormon pertumbuhan
saat umurnya 9 tahun. "Dokter, akankah saya bisa tinggi daripada
Maradona?" tanya Leo kepada dokter Diego Schwarsztein, yang menanganinya. "Kamu
akan lebih tinggi dari Mardona, namun saya tidak tahu apakah dirimu akan lebih
baik," ucap dokter Diego. Messi berhenti tumbuh saat usia 9 tahun.
Dokter Diego
menyuntikkan hormon pertumbuhan, hampir setiap hari. Biaya per bulan mencapai
US$ 900. Tim-tim lokal yang meminati Leo angkat tangan dengan biaya sebesar
itu. Untunglah Jorge bertemu dengan Carles Rexach, seorang direktur FC
Barcelona. Saking naksirnya pada kemampuan Leo, ia membuat kontrak dengan ayah
Leo di atas sebuah kertas tisu! Barca akan membayar semua biaya Leo, asalkan ia
mau pindah ke Spanyol, negara di seberang lautan.
Leo pun menemukan
titik terang kebintangan di akademi sepak bola Barca. Sang ayah yang terus
mendampingi, akhirnya dipekerjakan pula di sana.
Singkat cerita, Messi
bertumbuh menjadi pesepak bola dunia. Ia begitu mencintai Barca sehingga
sanggup memberikan banyak gelar terhormat. Bermain untuk Barca, kaki Messi
seperti memiliki mata. Umpan maupun tembakan memiliki akurasi prima. Ia menjadi
nyawa yang tak tergantikan. Namun ia memiliki kekurangan sebab masih gagal
memberikan gelar ke Argentina, negara dimana ia dilahirkan.
Janji Dua Cincin Lagi
Lionel Messi dan Kobe
Bryant adalah dua bintang yang saling memuji. Masing-masing hebat dan punya
prestasi dahsyat. Mereka pun membintangi sebuah iklan maskapai penerbangan dari
Turki, yang bisa ditonton di Tanah Air.
Sedikit berbeda
dengan Messi yang masa kecilnya pas-pasan, Kobe justru hidup dalam lingkungan
selebritas. Sang ayah, Joe Bryant adalah pebasket NBA, yang menghabiskan karier
basket di Italia. Kobe sejak kecil memposisikan diri sebagai suksesor Joe. Ia
begitu mudah ditemui di lapangan klub AMG Sebastiani Rieti, Standa Reggio
Calabria, Olimpia Pistoia, maupun Reggiana – klub yang diperkuat Joe -- , sebab
suka menembak di saat istirahat paruh waktu. Itulah cara Kobe menempa mental
bertanding.
Kobe juga suka
menantang one on one Brian Shaw, pemain NBA yang pernah membela tim Italia Il
Messaggero Roma. Meski bersaing, Shaw dan Joe tetap bersahabat semasa di
Italia. Di luar lapangan, Kobe tak segan melawan Shaw. “Ia seorang kompetitor
sejati. Meski usia kami berbeda jauh, namun ia seorang remaja yang merepotkan,”
kata Shaw.
Sejarah pun mencatat,
barter Kobe dengan Vlade Divac usai NBA Draft 1996 adalah kesalahan terbesar
Charlotte Hornets dalam rekruitmen pemain. Kobe dibarter dengan Vlade Divac
adalah kepintaran strategi manajemen Lakers di bawah komando Jerry West.
Bayangkanlah, Kobe sudah memberikan 5 cincin juara Lakers, 2 kali MVP Final,
MVP Reguler, 15 kali tampil di All-Star, 4 kali MVP All-Star, 2 kali top
scorer, dan 2 medali emas Olimpiade.
Hornets tentu saja
tak mau dianggap ‘bodoh’ melepas pebasket sehebat Kobe. Bill Branch, kepala
pemandu bakat Hornets, mengaku bahwa mereka sudah sepakat menukar hak draft
ke-13 tahun 1996 dengan Lakers sehari sebelum acara NBA Draft 1996. Barteran
yang disiapkan Lakers adalah Divac, center brewok asal Yugoslavia. Lakers tak
pernah memberitahu Hornets siapa yang akan mereka ambil pada pilihan ke-13 itu.
Lima menit sebelum batas waktu memilih habis, manajemen Lakers baru mengirimkan
telepon kepada Branch bahwa Lakers ingin Hornets memilihkan Kobe Bryant.
‘Operasi mengamankan
Kobe’ dilakukan Lakers agar ia tidak diambil tim lain. Nama Kobe tenggelam
berkat munculnya nama-nama beken seperti Allen Iverson, Marcus Camby, Shareef
Abdur-Rahim, Stephon Marbury, Ray Allen, Antoine Walker, Lorenzen Wright, Kerry
Kittles, Samaki Walker, Erick Dampier, Todd Fuller, dan Vitaly Potapenko.
Selain Jerry West, orang paling berpengaruh terhadap operasi itu adalah almarhum
Dr. Jerry Buss, pemilik Lakers yang wafat empat hari lalu karena gagal ginjal
akibat penyakit kanker yang ia derita.
Buss, doktor Kimia
Fisik pada usia 24 tahun, adalah contoh pemilik klub NBA yang sukses. “Ia
mendorong Lakers menjadi klub milik dunia yang menguntungkan,” kata komisioner
NBA, David J. Stern. Meskipun mendapatkan predikat ‘playboy’ karena ketampanan
dan kecerdasan yang dimiliki, Buss adalah seorang pebisnis jenius. Pengalaman
bekerja di bidang pertambangan, koneksi di industri aerospace, dan dosen di
USC, memberinya modal untuk mengembangkan bisnis real estat, yang akhirnya
mampu membeli Lakers pada 1979.
Buss yang wafat di
usia 80 tahun, memberikan tantangan tersendiri bagi Kobe. Lakers yang tengah
diragukan bisa lolos ke play-off, ia pimpin pasca All-Star Houston 2013 dengan
sangat serius dan optimis. “Saya berjanji Lakers akan lolos ke play-off.”
Tak hanya itu,. Ia
menjanjikan dua cincin lagi agar Lakers dikukuhkan sebagai the Greatness di era
Milenium. "Dr. Buss, trust me,” kata
Kobe. "I did, and it resulted in two more championships."
Sementara itu, nun
jauh di sana di seberang lautan, dalam hati Messi, si Pemalu itu, hatinya
tengah terluka. Ia ingin mencetak 3 gol untuk memastikan perjalanan Barca tak
terhenti. Ia ingin, para penjaga oportunis Milan, salah satu ada yang terkecoh,
syukur-syukur kena kartu merah. Ada sebuah missi di hati Messi dua pekan lagi.
Ya, Messi tak ingin
mengecewakan Kobe, sahabat sekaligus pemuja Barcelona.
0 komentar:
Posting Komentar