2013-02-22

Niat Messi si Pemalu dan Janji Dua Cincin Kobe

Kenyon Martin Dikontrak Knicks 10 Hari Massimo Allegri, pelatih AC Milan, meyakini roh gol Barcelona ada di kaki dan kepala Lionel Messi. Maka ia memanggil penjinak roh berbaju Merah Hitam bernama Philippe Mexes, Cristian Zapata, dan Ignazio Abate. Leg pertama babak 16 besar liga Champion pun milik Milan dengan kemenangan 2-0, Kamis (21/2).

Messi, si penyelamat, ternyata tak berkutik di San Siro. Nun jauh di seberang lautan, di kota Rosario, Argentina, tempat dimana ia dibesarkan, pun acuh dengan kegagalan menang Barca. Bar ‘VIP’, milik keluarga Messi, seperti dituturkan Wright Thompson, penulis yang sangat penasaran pada popularitas Messi, lebih senang menayangkan acara memasak “Clasico Shawarma”.

Taktik mematikan Messi adalah ‘perintah’ presiden klub Silvio Berlusconi. “Kemenangan itu adalah saran dari mister Presiden. Ia meminta kami mematikan Messi. Silvio juga meminta kami tak membiarkan pemain Barca yang lain menikmati kebebasan, walau sesaat,” ungkap Allegri, seperti dikutip New York Post.

Sebagai pesepak bola terbaik di kolong jagat, Messi tak bisa bersembunyi dari kekurangan. Apalagi teknologi video yang kian canggih, sanggup mengenkripsi bakat alam yang dimiliki Messi. Messi yang alamiah, namun ternyata seorang pendiam, yang dulunya rendah diri. Menjaga tanpa kompromi dan oportunis, terbukti manjur. Sebuah riset kualitatif dari seorang penulis yang juga peneliti ESPN, tampaknya dibaca oleh para staf Milan Lab, yang laporannya ada di tangan Berlusconi.

Meskipun Messi adalah ikon global, namun menurut Thompson seperti ditulis ESPN, ia tak dikenal di Rosario. Lebih mudah ditemukan foto besar Muhammad Ali, Maria Sharapova, dan Rafael Nadal, di kota itu. Pelatih nasional Argentina yang melihat penampilan Messi lewat video mengirimkan surat pemanggilan kepada "Leonel Mecci" untuk bergabung dengan skuad tim nasional Argentina! Messi yang terkenal ternyata tak dikenal di Argentina.

Tak banyak yang mengenal Messi semasa kecil di Rosario. Dibesarkan di keluarga yang harus bekerja keras, Jorge Horacio Messi (pekerja pabrik baja) dan Maria Cuccittini (part timer tenaga kebersihan), membuat sepak bola menjadi kegiatan pengusir bayang-bayang kemiskinan. Leluhur Messi, Angelo Messi, adalah imigran asli Italiano dari Ancona pada 1883. Darah sepak bola menurun pada diri Leo diidentifikasi Jorge, sehingga memasukkan dalam tim Grandoli yang ia latih sendiri.

Kisah kesetiaan Messi pada Barca diawali saat ia didiagnosis menderita penurunan hormon pertumbuhan saat umurnya 9 tahun. "Dokter, akankah saya bisa tinggi daripada Maradona?" tanya Leo kepada dokter Diego Schwarsztein, yang menanganinya. "Kamu akan lebih tinggi dari Mardona, namun saya tidak tahu apakah dirimu akan lebih baik," ucap dokter Diego. Messi berhenti tumbuh saat usia 9 tahun.

Dokter Diego menyuntikkan hormon pertumbuhan, hampir setiap hari. Biaya per bulan mencapai US$ 900. Tim-tim lokal yang meminati Leo angkat tangan dengan biaya sebesar itu. Untunglah Jorge bertemu dengan Carles Rexach, seorang direktur FC Barcelona. Saking naksirnya pada kemampuan Leo, ia membuat kontrak dengan ayah Leo di atas sebuah kertas tisu! Barca akan membayar semua biaya Leo, asalkan ia mau pindah ke Spanyol, negara di seberang lautan.

Leo pun menemukan titik terang kebintangan di akademi sepak bola Barca. Sang ayah yang terus mendampingi, akhirnya dipekerjakan pula di sana.

Singkat cerita, Messi bertumbuh menjadi pesepak bola dunia. Ia begitu mencintai Barca sehingga sanggup memberikan banyak gelar terhormat. Bermain untuk Barca, kaki Messi seperti memiliki mata. Umpan maupun tembakan memiliki akurasi prima. Ia menjadi nyawa yang tak tergantikan. Namun ia memiliki kekurangan sebab masih gagal memberikan gelar ke Argentina, negara dimana ia dilahirkan.


Janji Dua Cincin Lagi

Lionel Messi dan Kobe Bryant adalah dua bintang yang saling memuji. Masing-masing hebat dan punya prestasi dahsyat. Mereka pun membintangi sebuah iklan maskapai penerbangan dari Turki, yang bisa ditonton di Tanah Air.

Sedikit berbeda dengan Messi yang masa kecilnya pas-pasan, Kobe justru hidup dalam lingkungan selebritas. Sang ayah, Joe Bryant adalah pebasket NBA, yang menghabiskan karier basket di Italia. Kobe sejak kecil memposisikan diri sebagai suksesor Joe. Ia begitu mudah ditemui di lapangan klub AMG Sebastiani Rieti, Standa Reggio Calabria, Olimpia Pistoia, maupun Reggiana – klub yang diperkuat Joe -- , sebab suka menembak di saat istirahat paruh waktu. Itulah cara Kobe menempa mental bertanding.

Kobe juga suka menantang one on one Brian Shaw, pemain NBA yang pernah membela tim Italia Il Messaggero Roma. Meski bersaing, Shaw dan Joe tetap bersahabat semasa di Italia. Di luar lapangan, Kobe tak segan melawan Shaw. “Ia seorang kompetitor sejati. Meski usia kami berbeda jauh, namun ia seorang remaja yang merepotkan,” kata Shaw.

Sejarah pun mencatat, barter Kobe dengan Vlade Divac usai NBA Draft 1996 adalah kesalahan terbesar Charlotte Hornets dalam rekruitmen pemain. Kobe dibarter dengan Vlade Divac adalah kepintaran strategi manajemen Lakers di bawah komando Jerry West. Bayangkanlah, Kobe sudah memberikan 5 cincin juara Lakers, 2 kali MVP Final, MVP Reguler, 15 kali tampil di All-Star, 4 kali MVP All-Star, 2 kali top scorer, dan 2 medali emas Olimpiade.

Hornets tentu saja tak mau dianggap ‘bodoh’ melepas pebasket sehebat Kobe. Bill Branch, kepala pemandu bakat Hornets, mengaku bahwa mereka sudah sepakat menukar hak draft ke-13 tahun 1996 dengan Lakers sehari sebelum acara NBA Draft 1996. Barteran yang disiapkan Lakers adalah Divac, center brewok asal Yugoslavia. Lakers tak pernah memberitahu Hornets siapa yang akan mereka ambil pada pilihan ke-13 itu. Lima menit sebelum batas waktu memilih habis, manajemen Lakers baru mengirimkan telepon kepada Branch bahwa Lakers ingin Hornets memilihkan Kobe Bryant.

‘Operasi mengamankan Kobe’ dilakukan Lakers agar ia tidak diambil tim lain. Nama Kobe tenggelam berkat munculnya nama-nama beken seperti Allen Iverson, Marcus Camby, Shareef Abdur-Rahim, Stephon Marbury, Ray Allen, Antoine Walker, Lorenzen Wright, Kerry Kittles, Samaki Walker, Erick Dampier, Todd Fuller, dan Vitaly Potapenko. Selain Jerry West, orang paling berpengaruh terhadap operasi itu adalah almarhum Dr. Jerry Buss, pemilik Lakers yang wafat empat hari lalu karena gagal ginjal akibat penyakit kanker yang ia derita.

Buss, doktor Kimia Fisik pada usia 24 tahun, adalah contoh pemilik klub NBA yang sukses. “Ia mendorong Lakers menjadi klub milik dunia yang menguntungkan,” kata komisioner NBA, David J. Stern. Meskipun mendapatkan predikat ‘playboy’ karena ketampanan dan kecerdasan yang dimiliki, Buss adalah seorang pebisnis jenius. Pengalaman bekerja di bidang pertambangan, koneksi di industri aerospace, dan dosen di USC, memberinya modal untuk mengembangkan bisnis real estat, yang akhirnya mampu membeli Lakers pada 1979.

Buss yang wafat di usia 80 tahun, memberikan tantangan tersendiri bagi Kobe. Lakers yang tengah diragukan bisa lolos ke play-off, ia pimpin pasca All-Star Houston 2013 dengan sangat serius dan optimis. “Saya berjanji Lakers akan lolos ke play-off.”

Tak hanya itu,. Ia menjanjikan dua cincin lagi agar Lakers dikukuhkan sebagai the Greatness di era Milenium.  "Dr. Buss, trust me,” kata Kobe. "I did, and it resulted in two more championships."

Sementara itu, nun jauh di sana di seberang lautan, dalam hati Messi, si Pemalu itu, hatinya tengah terluka. Ia ingin mencetak 3 gol untuk memastikan perjalanan Barca tak terhenti. Ia ingin, para penjaga oportunis Milan, salah satu ada yang terkecoh, syukur-syukur kena kartu merah. Ada sebuah missi di hati Messi dua pekan lagi.

Ya, Messi tak ingin mengecewakan Kobe, sahabat sekaligus pemuja Barcelona.

0 komentar:

Posting Komentar