JAKARTA - Program perumahan swadaya atau
bedah rumah yang dicanangkan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
mendapatkan kritikan pedas dari sejumlah praktisi perumahan.
Salah satunya adalah akademisi dari
Kelompok Riset Perumahan dan Permukiman, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Jehansyah Siregar.
Menurutnya, program bedah rumah yang
paling menonjol sekarang hanya meniru acara reality show di televisi namun
dengan skala yang sangat masif. Jika skema program yang dipakai sangat
sederhana seperti ini, maka tidak heran jika bisa diberikan melalui organisasi
masyarakat mana pun.
"Program ini seperti bagi-bagi nasi
kotak, tidak ada pemberdayaan komunitas perumahan dan tidak memerlukan
teknokrasi yang tinggi yang seharusnya dimiliki Kemenpera. Inilah permasalahan
mendasarnya, program seperti ini tidak akan bisa efektif mencapai target
perumahan rakyat, yaitu mengurangi kekurangan (backlog) perumahan dan
pengurangan permukiman kumuh," kata Jehan dalam keterangan tertulisnya di
Jakarta, Jumat (22/2/2013).
Dia menuturkan, program perumahan
swadaya dari Kemenpera yang baru saja melakukan kerjasama dengan Himpunan
Wanita Karya (HWK) menunjukkan Kemenpera tidak memiliki konsep yang jelas dalam
menjalankan program perumahan swadaya.
"Seharusnya program perumahan
swadaya diarahkan untuk memberdayakan dan mengorganisasi komunitas masyarakat
berpendapatan rendah (MBR) dan miskin yang menghuni permukiman kumuh di
kota-kota metropolitan di Tanah Air. Skemanya akan jauh sekali berbeda karena
akan berbasis pengorganisasian kelompok untuk keberdayaan dalam pengadaan lahan
dan rumah dan pengelolaan lingkungan secara swadaya, bukan bagi-bagi
duit," papar Jehan.
Program perumahan swadaya seperti ini
bisa meniru program yang dijalankan Housing and Community Agency di Inggris
maupun Community Organisation Development Institute di Thailand. "Program
bagi-bagi nasi kotak seperti ini bukan hanya menghilangkan kesempatan
mengentaskan permukiman kumuh di perkotaan, lebih jauh sangat bernuansa
politik, apalagi menjelang pesta demokrasi 2014. Memang semakin sederhana skema
program semakin bisa dipolitisir," imbuhnya.
Tak hanya Jehan, sebelumnya pengamat
ekonomi yang juga mantan calon Gubernur DKI Jakarta independen, Faisal Basri
juga menyampaikan kritikan atas program ini. Menurutnya bedah rumah seharusnya
tidak diurusi oleh Kemenpera melainkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos).
"Bedah rumah kok diurusi Menpera.
Bedah rumah itu harusnya diurusi Menteri Sosial. Menpera itu harusnya
menciptakan satu investor climate atau sebuah iklim penanaman modal sehingga
seluruh stakeholder properti bisa bergerak satu arah untuk mencapai target
dalam menyediakan rumah layak huni bagi rakyat," ujar Faisal beberapa
waktu lalu.
0 komentar:
Posting Komentar