2013-02-21

Suap? Tanyalah Mereka



Masih ingat nama Nobon? Pemain asal Medan yang rajin menjelajah lapangan itu sejak tahun 1981 absen dari percaturan tim nasional. Kini dalam usia hampir 35 tahun, Nobon ternyata belum bisa memisahkan sepakbola dari bagian kehidupannya.

Sibuk mengurus keluarga dengan tiga anak, ditambah kewajiban sebagai pegawai kantor pajak di Medan ternyata bukan hambatan. Diam-diam Nobon terus melibatkan diri dalam olahraga paling populer di tanah air itu. Ia membina pemain-pemain muda Perisai, klub milik instansi tempatnya bekerja, anggota divisi utama PSMS.

Bukan hanya membina, malah. Dua tahun ia juga masih main, dan Perisai meraih tangga juara. Tapi tahun-tahun berikutnya, prestasi Perisai menghujam turun. Padahal di klub ini banyak tercetak pemain-pemain nasional, seperti kiper Taufik Lubis, Yuswardi, Tumsila, Parlin Siagian, dan Wibisono. Kenapa?

"Kami melalaikan pembinaan," jawab Nobon mengenal sebabnya. "Dan kini, untuk meraih kembali gelar terpandang itu, seperti anda lihat, kami terus sibuk berlatih," tambahnya ketika mengawasi pemainnya berlatih di lapangan Brigif 7 Sampali Medan pekan lalu.

Mengenal sepakbola tahun 1960 di tempat tinggal orangtuanya di kawasan Kampung Dadap Medan, Nobon berpendapat, pembinaan pemain harus dimulai sejak dasar. Artinya, dimulai dari bocah dengan latihan berkesinambungan. "Saat awal itu pula, pembinaan mental dan disiplin ditegakkan. Ini berkaitan dengan usaha-usaha kita yang sedang gencar memberantas suap," ujarnya.

Nobon yang mengagumi kepemimpinan PSSI di bawah Bardosono dan Ali Sadikin, menunjuk uraiannya itu sebagai jalan terbaik jika ingin mentuntaskan masalah suap sepakbola. Jalan yang ditempuh PSSI sekarang katanya hanya akan bisa meredakan sementara.

"Anda boleh juga tanya pendapat Sutjipto Suntoro, Iswadi Idris, Ronny Patty, Ronny Paslah, dan Zulham Effendy," jawabnya mengenai pemberantasan kanker sepakbola di negeri ini. "Ya... tanya sajalah pada mereka," tambahnya seperti berteka-teki, ketika diusut mengenai makna sarannya.

Bagi Nobon sendiri, sepakbola memang merupakan jenjang ke tangga masa depan. Kini, setelah bertahun-tahun berbasuh keringat di lapangan hijau, kondisi sosial ekonominya kian mantap saja. Selain punya rumah permanen dan sebuah sedan Daihatsu Charade, Nobon juga bergaji lumayan. Dana pensiun pun sudah menunggu.

Pengagum Bobby Charlton dan Parlin Siagian ini bertekad terus membina sepakbola. "Bahkan jika tenaga masih mengizinkan, di masa pensiun pun saya ingin tetap berada di tengah-tengah pemain," janjinya.

(Penulis: Syamin Pardede, Tabloid BOLA edisi no. 10, Jumat 4 Mei 1984)

0 komentar:

Posting Komentar