Masih ingat nama Nobon? Pemain asal
Medan yang rajin menjelajah lapangan itu sejak tahun 1981 absen dari percaturan
tim nasional. Kini dalam usia hampir 35 tahun, Nobon ternyata belum bisa
memisahkan sepakbola dari bagian kehidupannya.
Sibuk mengurus keluarga dengan tiga
anak, ditambah kewajiban sebagai pegawai kantor pajak di Medan ternyata bukan
hambatan. Diam-diam Nobon terus melibatkan diri dalam olahraga paling populer
di tanah air itu. Ia membina pemain-pemain muda Perisai, klub milik instansi
tempatnya bekerja, anggota divisi utama PSMS.
Bukan hanya membina, malah. Dua tahun ia
juga masih main, dan Perisai meraih tangga juara. Tapi tahun-tahun berikutnya,
prestasi Perisai menghujam turun. Padahal di klub ini banyak tercetak
pemain-pemain nasional, seperti kiper Taufik Lubis, Yuswardi, Tumsila, Parlin
Siagian, dan Wibisono. Kenapa?
"Kami melalaikan pembinaan,"
jawab Nobon mengenal sebabnya. "Dan kini, untuk meraih kembali gelar
terpandang itu, seperti anda lihat, kami terus sibuk berlatih," tambahnya
ketika mengawasi pemainnya berlatih di lapangan Brigif 7 Sampali Medan pekan
lalu.
Mengenal sepakbola tahun 1960 di tempat
tinggal orangtuanya di kawasan Kampung Dadap Medan, Nobon berpendapat,
pembinaan pemain harus dimulai sejak dasar. Artinya, dimulai dari bocah dengan
latihan berkesinambungan. "Saat awal itu pula, pembinaan mental dan
disiplin ditegakkan. Ini berkaitan dengan usaha-usaha kita yang sedang gencar
memberantas suap," ujarnya.
Nobon yang mengagumi kepemimpinan PSSI
di bawah Bardosono dan Ali Sadikin, menunjuk uraiannya itu sebagai jalan
terbaik jika ingin mentuntaskan masalah suap sepakbola. Jalan yang ditempuh
PSSI sekarang katanya hanya akan bisa meredakan sementara.
"Anda boleh juga tanya pendapat
Sutjipto Suntoro, Iswadi Idris, Ronny Patty, Ronny Paslah, dan Zulham
Effendy," jawabnya mengenai pemberantasan kanker sepakbola di negeri ini.
"Ya... tanya sajalah pada mereka," tambahnya seperti berteka-teki,
ketika diusut mengenai makna sarannya.
Bagi Nobon sendiri, sepakbola memang
merupakan jenjang ke tangga masa depan. Kini, setelah bertahun-tahun berbasuh
keringat di lapangan hijau, kondisi sosial ekonominya kian mantap saja. Selain
punya rumah permanen dan sebuah sedan Daihatsu Charade, Nobon juga bergaji
lumayan. Dana pensiun pun sudah menunggu.
Pengagum Bobby Charlton dan Parlin
Siagian ini bertekad terus membina sepakbola. "Bahkan jika tenaga masih
mengizinkan, di masa pensiun pun saya ingin tetap berada di tengah-tengah
pemain," janjinya.
(Penulis: Syamin Pardede, Tabloid BOLA
edisi no. 10, Jumat 4 Mei 1984)
0 komentar:
Posting Komentar